Hidden Agenda (Manuver Pencitraan)

Dimana pun kaum imperialis menggunakan pedoman agar koloni biru terus bisa dikendalikan, yaitu dengan menciptakan keadaan rakyat yang jangan dibikin terlalu susah dan juga jangan sampai kuat (berani, pintar, kaya). Berawal dari situ sudah dapat celah mau dibawa kemana lambang kotak hitam dengan persegi panjang diatasnya, bernamakan universitas dan melandaskan islam sebagai pedomannya. Apakah sudah sesuai dengan realitasnya? Aku rasa pertanyaan itu mudah dijawab dengan kita melihat sekitar.

Aku disini membicarakn soal kampus biru yang katanya sangat favorit untuk beberapa fakultas didalamnya. Namun kenyataannya favorit itu hanya untuk orang-orang yang tau dari cover nama dan pencitraannya saja, berbeda dengan para penghuninya. Maka inilah salah satu tulisan saya mengenai kampus ini. kampus yang gatau huruf I gatau ka’bah maksudnya dari logo ini. tapi ya terserah yang bikin logo sajalah.

Kita lanjutkan kembali, Feodalisme

Ketundukan mahasiswapada kerajaan di universitasnya menjadikan landasan itu hanya representative belaka. Sebagai contoh, statuta yang seharusnya dibeberkan kepada seluruh masyarakat yang mengisi kampus biru ini tidak pernah sekalipun dibeberkan. Tahu kenapa?, karena mereka telah menciptakan keadaan dimana mahasiswa jangan sampai kuat. Statuta yang mereka jaga adalah item vital yang sangat berpengaruh jika itu terganggu. Dan sangat penting untuk tidak diketahui oleh kebanyakan orang bahkan para bawahannya sekalipun. Hanya jajaran ataslah yang penuh dengan kuasa adidaya yang bisa mengetahuinya. Sebutlah kerajaan diatas itu adalah yayasan.

Sudah puluhan tahun ketua yayasan tidak pernah diganti, apa sebabnya? Tidak ada yang pernah tahu itu. Juga tidak pernah ada pergantian sistem ataupun orang-orang yang mengisi cabinet kerja didalamnnya. Ya dia-dia lagi juga yang mengisinya (cuci tangan).

Oh iya aku lupa untuk memberi tahu. Sebenernya tulisan ini dibuat salah satu tujuannya untuk memperingati hari cuci tangan seduni yang jatuh pada tanggal 15 oktober kemarin. Namun karena kesibukan yang mulai santai (santai banget ih kayanya) maka tulisan ini baru bisa naik sekarang. Cuci tangan disini juga saya peringati dengan cara lain. Yakni cuci tangan dalam artian kotor. Karena banyak yang bilang kotor itu baik, tapi bukan kotor yang seperti ini!

Kembali pada bahasan, hal ini pastilah menimbulkan social responsibility bagi mahasiswa yang kritis, dan itu pun berbeda-beda responnya. Meskipun hal ini cakupannya adalah universitas yang notabene bergerak pada bidang pendidikan, namun disini semua dialihkan. Business Oriented, tidak semata ingin memberi pendidikan dengan dalih untuk pembangunan namun semua kembali cuci tangan.

Terlalu banyak untuk dibeberkan, karena apa yang kita lihat, dengar , dan pikirkan nyatanya tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Jika itu sudah dirasakan oleh seluruh masyarakat didalamnya, maka tempat yang dinamai kampus biru berasaskan islami ini dengan kerajaan apik didalamnya akan menjadi musuh bersama, Common Enemy. Itu adalah salah satu yang mereka takutkan, selain kecolongan statua. Kita tunggu saja tanggal mainnya.

 

 

 

 

END.